Cari Blog Ini

Laman

Selasa, 30 Maret 2010


Ikan Batak
(Neolissochilus thienemanni)



Ikan Batak (Neolissochilus thienemanni), memang hanya ada di tanah batak Sumatera Utara. Ikan endemik ini distribusi habitatnya di sungai sungai kecil di daerah Tapanuli Utara dan Simalungun, terutama sungai kecil yang bermuara ke Danau Toba. Saat ini, jangan berharap ikan ini dapat ditemukan di Danau Toba, karena berdasarkan informasi nelayan dan penduduk di sekitar Danau Toba, ikan batak sudah sangat sulit ditemukan di danau tersebut. Bahkan menurut mereka, sudah lama sekali nelayan tidak mendapatkan ikan ini. Ikan batak masih dapat ditangkap di sungai sungai kecil yang bermuara di Danau Toba, itupun sudah semakin langka. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan batak adalah jala, jaring dan bubu. Biasanya ikan yang tertangkap tidak mereka konsumsi, melainkan dipelihara di kolam atau sawah di sekitar sungai untuk dibesarkan. Ikan baru akan dikonsumsi jika ada upacara adat atau ”upa upa” atau jika ada orang yang hendak membelinya.

Ikan batak sekilas mirip sekali dengan ikan jurung, semah, kancra atau ikan dari Marga Tor. Perbedaannya, pada ikan batak terdapat 10 baris pori-pori yang tidak teratur (masing-masing memiliki tubus atau titik yang keras) pada masing-masing sisi moncong dan di bawah mata serta alur dari bagian belakang sampai ke bibir bawah terputus di bagian tengah (Kottelat et al., 1993). Jenis ikan dari keluarga Cyprinid ini di alam hidup di sungai yang berarus deras terutama di daerah dataran tinggi yang berpasir dan berbatu. Kondisi tersebut juga sangat perperan dalam proses memijah ikan batak. Berdasarkan pengamatan, pada gonad ikan batak terdapat ukuran telur yang bermacam-macam, hal tersebut menunjukkan bahwa ikan batak dapat memijah sepanjang tahun terutama di musim hujan. Fekunditas ikan dengan ukuran 212 mm, berat 88,50 g mencapai 765 butir dengan diameter telur berkisar antara 1cm-2,5 cm. Pelestarian ikan batak di alam perlu mendapat perhatian karena nilai ekonomis dan sosial ikan tersebut sangat tinggi di masyarakat. Kearipan lokal yang ada pada masyarakat harus tetap dipertahankan, di samping dengan tetap menjaga habitat alaminya di alam agar tidak rusak sehingga ikan batak tidak punah di tanah batak.

Ikan Batak Penyandang Mitos

Ikan Batak yang aslinya disebut sebagai Ihan dari genus Neolissochilus memang dimitoskan sebagai makanan para raja-raja di zaman dahulu. Di samping itu Ihan merupakan penganan sesembahan kepada Tuhan (upa-upa) yang diberikan kepada seseorang oleh Hula-hula atau hierarchi clan marga yang lebih tinggi (dalam falsafah kekerabatan Dalihan Natolu) dengan harapan pemberian makanan itu mendapat berkat dari Tuhan berupa kesehatan dan panjang umur, mendapat banyak keturunan, dam mudah rezeki di harta. Dalam prosesi adat perkawinan, penganan ini juga diberikan kepada pihak boru (hierarchi marga yang lebih rendah) sebagai balasan pemberian makanan yang enak berupa suguhan makanan (tudu-tudu sipanganon) yang bermakna sama mendapat berkat dari Tuhan.Tatalaksana pemberian makanan ikan seperti ini masih berlangsung sampai sekarang namun sudah menuju degradasinya karena tidak ditemukan lagi jenis Ihan di Tanah Batak (punah). Sebagai pengganti maka jenis ikan Mahseer dari genus Tor (Dekke Jurung-jurung) merupakan pengganti penganan yang dimaksud. Ternyata jenis inipun mulai langka ditemukan di Tanah Batak dan digantikan menjadi ikan mas dari genus Cyprinus. Jenis ikan mas sebagai pengganti penganan adat tersebut adalah dari spesies Cyprinus carpio yang berwarna kuning kemerahan. Jenis ikan mas yang berwarna kuning kemerahan ini kurang diminati oleh masyarakat di Pulau Jawa sehingga masyarakat Batak yang berada di Jawa ini terpaksa menggunakan ikan mas berwarna hitam sehingga penganan tersebut kurang ceria tampilannya dan terlihat kusam warnanya.Sungai Sirambe Nauli terletak di Desa Bonan Dolok (“Bondol”), kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara, terdapat Ikan Batak yang mereka sebut Ihan namun sebenarnya adalah Ikan Batak yang secara umum disebut sebagai Ikan Jurung dari genus Tor. Oleh warga setempat sungai itu dianggap keramat namun berfungsi juga sebagai sumber air untuk minum. Masyarakat setempat biasanya mengambil air minum dari sungai tersebut lantaran airnya sangat jerni dan bersih. Sungai tersebut juga merupakan kolam mandi dan berenang sepuasnya, dan juga dipergunakan untuk tempat ibu-ibu mencuci pakaian.Uniknya, di Sungai itu hidup ratusan ekor Ikan Batak berukuran besar dan kecil, Ikan Batak inilah yang menjadikan Desa Bonan Dolok istimewa dan menjadi salah satu objek parawisata di Balige Kabupaten Toba Samosir. Biasanya Ikan Batak tersebut bersembunyi dalam goa-goa batu yang berada didasar kali dan akan keluar saat pengunjung turun ke sungai Sirambe Nauli untuk memberi makan, missal seperti kacang-kacangan atau pun nasi. Masyarakat setempat mengatakan air sungai dapat dipergunakan sebagai obat, namun Ikan Batak yang terdapat disitu tidak dapat diambil. Konon sudah pernah ada pengunjung yang mengambil Ikan Batak dari sungai tersebut dan dimasaknya dirumahnya namun anehnya Ikan Batak itu hanya setengah yang matang dan setengah lagi tidak matang. Disebutkan pula, apabila ada pengunjung yang mengambil Ikan Batak itu akan mengalami sakit keras.

Jenis Ikan Batak genus Tor (Ikan Jurung), bukan Ihan

Ikan Batak yang dikenal secara umum di Indonesia adalah dari genus Tor, yang di Tanah Batak dikenal dengan Dekke Jurung-jurung (Ikan Jurung). Memang benar Ikan Jurung ini dinamai Ikan Batak, namun Ikan Batak yang disebut sebagai Ihan adalah ikan asli Batak yang sudah menuju kepunahan atau memang sudah punah adalah dari genus Neolissochilus.Ikan Batak yang secara umum di Indonesia memiliki nama-nama lain di setiap daerah seperti: Ikan Jurung (Sumatra Utara), Ikan Kerling (Aceh), Iken Pedih (Gayo), Ikan Gariang (Padang), Ikan Semah (Palembang), Ikan dewa (Jawa Barat), Ikan Kancra bodas, Kencara (Kuningan Jawa Barat), Ikan Tambra, Tombro (Jawa), Ikan Kelah, Ikan Sultan (Malaysia), Ikan Mahseer (Internasional), dan mungkin masih banyak nama lainnya.
Secara morfology memang sulit untuk membedakan antara genus Tor dan genus Neolissochilus, bahkan boleh dikata ada kemiripan bentuk dengan jenis ikan mas kecuali ukuran sisik yang lebih besar daripada ikan mas (Cyprinus Carpio) yang memang dari keluarga yang sama yaitu family Cyprinidae. Kemiripan inilah yang membuat orang-orang lantas menamakan Ikan Jurung sebagai Ikan Batak, padahal Ikan Batak Asli adalah yang disebut Ihan adalah dari genus Neolissochilus yang sudah menuju kepunahan, dan salah satu spesiesnya Neolissochilus thienemanni, Ahl 1933 adalah ikan endemik Danau Toba dan umumnya di Tanah Batak.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan taxonomi Ihan (Ikan Batak Asli) yang masuk dalam status The Red List of Threatened Species oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)

IHAN

Taxonomy:

• Kingdom: Animata
• Phylum: Chordata
• Class: Actinopterygii
• Order: Cypriniformes
• Family: Cyprinidae
• Scientific Name: Neolissochilus thienemanni
• Species Authority: (Ahl, 1933)

Dari genus Neolissochilus yang terdapat di Indonesia ada dua spesies yaitu :

1. Neolissochilus sumatranus, yang terdiri dari tiga sub-spesies yaitu :
- Lissochilus sumatranus, Weber & de Beaufort, 1916;
- Acrossocheilus sumatranus, Datta & Karmakar, 1984;
- Neolissochilus sumatranus, Doi, 1997.

2. Spesies lain adalah species Neolissochilus thienemanni, Doi, 1997 dengan sub-species
- Lissochilus thienemanni, Ahl,

Demikianlah bahwa ada perbedaan pemahaman tentang Ikan Batak. Ikan Jurung yang disebut sebagai Ikan Batak secara umum bukanlah Ikan Batak yang disebut Ihan, walaupun memang sama-sama sebagai Ikan Batak. Kalau Ikan Batak yang disebut Ihan (Neolissoichus thienemanni) memang sudah tak kelihatan lagi dan mungkin sudah punah. Kalau jenis ikan langka ini ada ditemukan oleh masyarakat Batak khususnya di Danau Toba sebagai ikan endemic di ekologi aslinya, maka dihimbau untuk menyerahkannya kepada para ahlinya agar berkesempatan untuk diselamatkan.

Baru-baru ini di bulan Nopember 2009, Tim peneliti dari Balai Riset Perairan Umum (BRPU) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Republik Indonesia berhasil menemukan 4 (empat) spesies ikan dari genus Tor (Ikan Batak = Ikan Jurung) di. Penemuan ini sangat menggembirakan karena di Danau Laut Tawar itu menjadi habitat terbanyak spesies ini, dimana sebelumnya di Jawa Barat hanya terdapat 3 spesies dari genus Tor ini. Spesies yang ditemukan di Danau Laut Tawar ini adalah species Tor Douronensis, Tor Tambra, Tor Soro dan Tor Tambroides.

Yang lebih mengagumkan lagi bahwa di Danau Laut Tawar Takengon Aceh Tengah Tawar ditemukan pula Ihan dari species Neolissochilos longipinnis. Ikan-ikan langka tersebut diperoleh dari dua lokasi yaitu dari Kampung Lumut Kecamatan Linge dan sebagian ikan dari Samarkilang Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah. Mungkinkah Ihan ini dibawa oleh orang Batak yang sudah bermigrasi sejak jaman dahulu di Aceh Tengah? Tentu semua berharap bahwa jenis ikan khususnya Ihan yang ditemukan itu dapat diteliti lebih lanjut untuk dikembangkan dan bila perlu dikembangkan pula di Danau Toba sebagai habitat asli Ihan.

Jumat, 26 Maret 2010